Bahasa & Sastra Inggris UIN SGD BDG

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Komunitas Mahasiswa sastra inggris UIN SGD BDG .

Login

Lupa password?

Similar topics

    Gallery


    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI Empty

    Link Bersangkutan.

    free forum

    ☺ your comment ☺

    Kursus Online CBS Bogor

    Latest topics

    » Perkenalan
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptyMon Jul 08, 2013 7:54 pm by Hana Ismi Radliyatin

    » Berbagi Cerita
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptyThu Jun 30, 2011 6:23 pm by zakii

    » Hi apa kabar
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptyThu Jun 30, 2011 5:49 pm by Lia

    » Spesialis PUISI_PUISI
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptyThu Mar 10, 2011 10:14 am by yuga anugrah

    » PUISI-PUISI metafisik
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptyWed Mar 09, 2011 9:57 pm by yuga anugrah

    » Copi bozz morphology
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptySun May 02, 2010 7:14 am by zakii

    » Tim Teater akan tampil lagi
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptySat Apr 03, 2010 8:46 am by zakii

    » Relax community BSI
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptySat Apr 03, 2010 8:43 am by zakii

    » Vini Vidi Vici
    SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI EmptySat Apr 03, 2010 8:36 am by zakii


    3 posters

      SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI

      ikbalcharles
      ikbalcharles


      Jumlah posting : 25
      Lokasi : Wisma Cilegon
      Registration date : 21.12.08

      SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI Empty SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI

      Post by ikbalcharles Mon Dec 22, 2008 5:46 pm

      .............MALAIKAT PAGI..............


      Di Ufuk Timur Kubaringkan Senja!

      Menapaki Jalan Kecil Sang Malaikat Pagi

      Dan Tersenyumlah.....Wahai Sang Perindu

      Mungkin terjal Perjalanan yang kau tapaki

      Namun selaksa madu kan kau reguk pada singgasana Sang Haqiqi.

      Dan hanyanyalah Sekecup syukur yang senantiasas kau hentakan di pusara dadamu

      Karena senja mulai menguning

      Dan jangan kau lepaskan hati hingga hanya sebait puisi rinduku.......

      "Maka, Nik'mat Mana Lagi Yang Kamu Dustakan"


      SAYAP PATAH UNTUK BIDADARIKU
      "KIMIA'05"

      Sayap patah kekasih…

      Kutunggu firdaus berbunga

      Dalam takbir kematian

      Sedaun lentik aurora marmara

      Layu menyapa senja

      Ranting-ranting kering wahai kekasih…

      Tuangkanlah setetes embun untuk taubatku

      Hingga sujudku mengakar bernada dan berirama

      Puasamu adalah cinta suciku

      Dzikirku adalah pelita kerinduanku pada-Mu

      Ababil firdausku luka…



      CERPEN RINDUKU "Kumandang Cinta dalam Sayap Malika"

      Senja berputar menarik nafasnya dari bisik rindu alam yang
      menggelayut, dalam hamparan pasir di pantai Anyer `cilegon'. Di suatu
      sudut, semilir angin menatap dan menyapa daun nyiur yang melambai.
      Dudukku di bawah pohon nyiur dengan denting nada-nada gitar yang
      kupetik, senar khas yang baru saja kupasang, menderu nan syahdu.
      Kucoba berkali kali memetiknya, sesekali mataku berkedip ketika si
      lesung pipit menggodaku.

      "Malika, kau benar-benar cantik," pujiku dalam hati.

      Gerak lentik jemari malika, lesung pipitnya, keanggunannya, terus
      menggoda hatiku, dan setangkai Daun Cinta yang ranum yang sedari tadi
      kusembunyikan untuknya.

      "Haruskah cinta ini terus kupendam?"

      "Gila! Perasaan ini sungguh memenjarakanku, seolah-olah kini diriku
      berada alam keterasingan, di gurun sahara! kenapa mulutku terkunci
      rapat?" Aku terus membatin. "Masa harus ku katakan secepat ini pada
      Malika?"

      "Ah, tapi apa salahnya? Haruskah selamanya aku merana dalam
      keterasingan dan kegelisahan hati menantinya? Tegang senar ku petik,
      iramanya terus menari. Padahal tinta merah telah mencair begitu
      deras. Memang ketika rasa cinta ini tiba. Maka, segala luka tak lagi
      dapat berkata. "Bukankah cinta ini adalah anugerah suci dari sang Maha
      Agung". Tanpa cintanya, apalah adanya aku, Malika….Oh…" Aku terus
      berbicara sendiri, hingga membatin!

      Malika terus mengumandangkan suara lembutnya, akhirnya akupun
      memberanikan diri mengatakan perasaanku padanya. Sebenarnya hatiku
      meriang saat detik-detik mutiara kata yang kupendam tiba-tiba kelu
      kurasa dimuara lidahku, dan membeku! Aku perlu waktu beberapa detik
      untuk menarik nafas bumi dan menganalisa kata terindah untuk kuucapkan.

      "Wahai Muara Cinta maukah engkau menjadi pualam yang menghiasi lautan
      hatiku?"

      Malika tampak terkejut. Mutiara mengalir dari kelopak matanya.
      "Apakah maksudmu wahai Samudra Perindu? Aku tidak mengerti?"
      Akupun terkejut. Rasanya dunia runtuh diatas kepalaku. "Maafkan aku
      Pecinta Sejati, Muara Cintaku t'lah meneteskan mutiaranya, karna
      diriku. Karena ucapanku". Risau menggelayaut dalam hatiku. Aku takut
      Muara Cinta menolakku.

      "Malika, sungguh aku sangat menyukaimu. Dapatkah aku menjadi
      pendampingmu untuk selamanya? akan ku bagi sayap-sayap perindu dan
      cinta, sehingga dapat menghiasi dunia ini bersamamu

      Malikapun benar-benar nampak terkejut. Jemarinya bergetar, bibir
      tipisnya memerah. Berlipat-lipat. Rapat!. Lama dia terdiam menunduk
      dan dalam getaran jemari setangkai Daun Cinta yang ku berikan
      memancarkan harum mewangi. Kediamannya membuatku semakin tegang.
      Kutahan nafasku dalam dalam. Deep pisan, kitu pokonamah!.

      "Apakah kau sungguh-sungguh Eqbal?" Akhirnya Malika berucap lirih.

      "Tentu saja Samudra Cintamu ini sungguh-sungguh, wahai Muara Cintaku".
      Malika menarik napasnya sesaat, lalu berkata perlahan-lahan dan
      dengan suara nyaris berbisik. "Kalau Eqbal memang sungguh-sungguh,
      maukah Eqbal menunjukkan pada malika kalau Eqbal memang mencintai
      malika? Maaf, ini sangat penting bagi malika. Wahai Samudra Perindu".
      Ucap malika sembari menatap tajam kearah bola mataku.

      Otakku terus berputar, ombak semakin menderu menggulung-gulung karang
      begitupun pasir-pasir berbisik lirih, tak ketinggalan jingga tampak
      membentang dalam rona sang fajar terbenam. Tetap saja hatiku gundah.
      Walaupun agak bingung, akhirnya aku menyanggupinya!

      Tak sadar dengan semerbak kebahagiaan yang mulai menatapku, separuh
      hatiku berbisik bahwa malika mulai menerimaku. Percaya Diri! "Akh……"
      seketika itu pula rasa sakit menyelip dalam rongga dan bernafas dalam
      jaring-jaring jemariku hingga tak sadar teriakku menampar desir pantai.

      "Eqbal. Jema...jemarimu berdarah…". Ucap malika
      Wahai muara Cintaku, Malika. Ini tidak seberapa. Andaikan hatiku dan
      sayap-sayap cintaku patah, demi engkau aku rela, bahkan andaikan
      Malaikat Maut menjemputmu akan ku tukarkan nyawaku untukmu. Wahai
      muara Cintaku!

      Senja mulai menguap dalam tabir sang jingga menyapa malam, Malika
      beranjak dari balik bahuku yang sedari tadi menjadi sandaran. Dalam
      sekejap ia menghisap tetesan darah yang sedarai tadi memancar dari
      jemariku. Sesekali ia tersenyum dalam lipatan bibir tipisnya yang manis.

      "Samudra Perinduku, sekarang tak ada tinta merah yang menetes di
      jemarimu. Dan aku takkan membiarkannanya menetes lagi. Apalagi jika
      Malaikat maut datang Menjemputmu. Wahai Samudra Perindu, aku akan jauh
      lebih tak rela melepas kepergianmu dan meninggalakan sayap-sayap
      perindu dan cinta dalam kesendirianku di bumi ini. Hingga jiwaku merana!".

      "Malika, Muara Cintaku. Jangan kau teruskan…."! Sembari kutaruh jari
      telunjukku dalam bibirnya yang halus. "Malika, Muara Cintaku. kau
      belum menjawab pertanyaanku! "

      Sang fajar mulai menenggalemkan diri, dalam keterasingan senja dimana
      rembulan menari menanti sang gempita malam. Malika memandangku dan
      menjawab dengan nada hati-hati, "Aku adalah sang Muara Cinta yang
      sangat bahagia, Tuhan menemukan kita dalam rona dan rongga bumi. Ada
      hati yang tersisa dan membakar hingga membara. Wahai samudra perindu,
      muara cintaku telah hanyut, telah berenang pada alam. Matahari telah
      membawa lari cintaku!

      "Apa maksudmu, malika?" Aku sungguh tidak mengerti….! Tatap mataku
      malika, apa sebenarnya yang telah terjadi? Malika, Tuhan telah
      ciptakan aku ada dan mempertemukan kita.

      "Eqbal….Cintaku telah kugadaikan padaNya. Pada siapa Malika? Desak
      ucapku. "Maafkan aku eqbal…" ucap lirih Malika sembari meneteskan air
      mata.

      "Malam itu, tepat usiaku 17 tahun, selendang putih terhampar luas
      menemani langkahku. Tampak lurus tak berliku. Sepanjang taman kutemui
      keindahan alam yang tak pernah kulihat sebelumnya. Indah dan maha
      indah, semua terpadu dalam keterpaduan, beberapa langkah kemuadian aku
      merasa kehausan dan beberapa langkah dari arah sebelah kananku kutemui
      muara air yang sangat bersih. Sebelum tangan kutuangkan untuk
      mengambil seteguk air tiba-tiba muncul seorang nenek yang membawa
      serbuk perindu untuk menyirami pohon-pohon cinta yang mulai ranum,
      tampak lusuh, terlihat capai teramat sangat! Tapi mukanya berseri
      secerah bulan purnama. Tapi celaknya diriku Eqbal. Aku serakah, aku
      sombong. Demi seteguk air untuk menghapus dahagaku aku lupa dengan
      keterpaduan alam itu, aku menginjak pohon-pohon cinta yang mulai
      ranum. Dan tahukan engkau wahai samudra Perinduku. Dialah Nenek tua
      yang menanam pohon cinta dengan mata air yang bersih itu sebagai
      sumber kebahagiaan dan cinta anak adam di bumi! Seketika itu pula mata
      air mengering dan pohon cintapun ikut mengering begitu pula raut muka
      nenek itu membeku tak bersinar.

      "Wahai anakku…!matamu telah membutakan hatimu dan keringnya pohon
      cinta menandakan terpenjaranya cintamu, takkan berakar dan mengakar.
      Tapi jika kau mau sedikit ada benih cinta dalam hatimu, maka
      gadaikanlah cintamu! Maka ranumlah semerbak cinta anak adam di bumi.
      Dan ketika pecinta sejati menebus cinta untuk mu, maka takdir akan
      menjemputmu dan meninggalkannya. " Ucap si Nenek disambut dengan
      hembusan angin dingin. Membeku!. Akhirnya akupun terbangun dan
      menggigil sekujur tubuhku.

      Dan semua rasaku t'lah terbang dengan kepakan sayapnya hingga kini,
      detik ini, wahai Samudra Perindu. Aku tak berdaya! Mimpi itu menjelma
      dan menyisakan luka dan air mata.

      "Malika…malika! Sadarlah engkau, kini aku ada. Untuk mu untuk cintamu,
      perindumu! Akan kupupuk cinta itu dengan serbuk dan sayap-sayap
      perinduku, cintamu akan ranum akan mekar malika…….!".

      "Tuhan….ini tidak adil bagiku. Aku sangat mencintai malika. Tuhan aku
      rela menebus cinta malika yang telah ia gadaikan…aku rela…ambillah
      cintaku untuk menebusnya tuhan….ambillah… .!

      Seketika itu hujan deras turun, petir menyambar, menggelegar. Tak
      nampak lautan kulihat hanya desir ombak berteriak dan malam semakin
      pekat. Tiba-tiba teriakan petir menghempas malika yang sedari tadi
      ketakutan.

      "Malika……….!" Teriakku. Malika terbujur kaku dan setangkai daun cinta
      yang ia pegang mulai layu. Kupegang jemarinya, kupegang urat nadinya.
      Dengan suara lirih Malika berucap. "Aku sangat Mencintaimu wahai
      Samudra Perinduku, Eqbal. Sungguh aku dalam ketakutan yang teramat
      sangat karena ketika Cintaku kau tebus maka Cintaku berpindah kedalam
      ragaku tapi takdir akan memanggilku padaNya. Simpanlah daun cinta ini,
      rawatlah dan siramilah dengan sayap-sayap perindu yang kau miliki".

      Tidak Malika…tidak…! Jangan tinggalkan aku malika, jangan tinggalkan
      aku…"Jangan tinggalkan aku……."teriakku mengalahkan marahnya halilintar
      menggelegar.

      Terbujur kaku tubuh malika dalam pangkuanku setelah kata-kata terindah
      ia kumandangkan untukku. Kini tak ada detak nadi, tak ada sisa kata
      yang terukir dari bibirnya yang halus. Tipis! Tak akan ada lesung
      pipit lentik yang menghiasi pipinya. Dan yang tersisa adalah kalimat
      terindah yang akan menemaniku dalam kebisuanku kini. Ya, kata-kata
      yang akan mengakar dan akan kupupuk membatin dalam hatiku agar cintaku
      dan cintanya ranum. Kata-kata terakhir yang ia wariskan untuk cintaku
      dan cintanya bersemi dan kata-kata yang dinanti semua pujangga di
      muka bumi.

      "Aku sangat mencintaimu wahai samudra Perinduku"!

      Pohon Cinta :
      - Ranumnya sbg Kekuatan Cinta Anak Adam
      - Keringnya sbg Kutukan Cinta Anak Adam
      - Daun Cinta a/ Hakikat Malika ada
      avatar
      zakii
      Admin


      Jumlah posting : 159
      Age : 36
      Lokasi : Bandung kota kembang hijau .
      Registration date : 08.11.08

      SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI Empty Re: SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI

      Post by zakii Sat Apr 04, 2009 8:49 pm

      wah ini puisi apa cerpen pak, koq panjang banget sih Smile tapi bagus banget pak, sedih ada bahagia juga ada . hohohoho
      ikbalcharles
      ikbalcharles


      Jumlah posting : 25
      Lokasi : Wisma Cilegon
      Registration date : 21.12.08

      SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI Empty Re: SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI

      Post by ikbalcharles Fri May 01, 2009 11:30 am

      he.... prolognya pake puisi ...
      bikin gaya baru...jangan selalu termakan oleh sekat-sekat yang membuat otak kuta tumpul dan kerdil. hmmmmmmm Wink
      mikoalonso
      mikoalonso


      Jumlah posting : 35
      Age : 37
      Lokasi : Bandung
      Registration date : 16.04.09

      SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI Empty Re: SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI

      Post by mikoalonso Sat May 02, 2009 7:48 pm

      ALLIT suka pada kuml gak.

      Sponsored content


      SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI Empty Re: SALAMKU PADA SANG MALAIKAT PAGI

      Post by Sponsored content


        Waktu sekarang Mon May 20, 2024 1:16 am