Ponselku berdering. Sebuah ringtone berbunyi ROBO N1X bordering agak pelan, volumenya 4. Nijma, temen sekelompok KKNku meluncurkan sebuah SMS. 3530 tipe Handphoneku. Warnanya biru. Saya suka sekali.
“Mik, didepan wartel UIN aja ya…” tulisnya.
Hari cukup gelap. Hujan turun pelan. Gerimis. Saya berjalan dari rumah menuju kampus. Jaket kulit hitam tak lupa saya pakai. Jaket yang hangat milik kakak saya, tapi lebih sering dikenakan saya. Kaki terus menyusuri jalan Cipadung, menunggu ojek agar lebih cepat menuju kampus, namun sayang ojek terlihat sibuk sama penumpangnya.
Ojek tidak ada yang kosong. saya terpaksa menunggu lebih lama. Tiba-tiba datang teman saya, namanya Ciwok, dia pengusaha printing yang diberi nama print plus. Ciwok menghampiri saya dengan menawarkan tumpangan. Saya senang dapat tumpangan gratis. Lumayan ngirit ongkos. Dan tak jadi naik ojek. Saya akan kembali ke Sukabumi. Mengerjakan beberapa program KKN yang belum terlaksana.
“Rek kahandap?” tanyanya
“ngiring ah?” jawabku sambil naik motornya dan dianter sampai tokonya, print plus.
Nijma tengah menunggu di depan bank BNI Kampus UIN. Baju warna cokelat dikenakannya. Hujan bertambah deras, kami menyudut mencari tempat aman dari air hujan. Ransel besar digendong Nijma, begitu juga saya. Tak terlalu banyak barang yang dibawa, sejenis pakain, flash disk dan sebuah kaset kosong untuk liputan. Namun recorder tak saya bawa, sepertinya Suaka lebih membutuhkan untuk keperluan liputan di kampus.
Sebenarnya sudah seminggu saya berada di Bandung. Ada alasan yang harus diselesaikan dengan urusan perkuliahan di kampus. Meminta ijin dan memberi keterangan pada setiap dosen saya. Pun dengan urusan Suaka, sekedar memberi semangat pada teman-teman dengan kepergian saya ke Sukabumi. Dan yang paling penting, mengambil jatah bantuan dana dari Depag. Lumayan buat nambah jajan di lokasi KKN.
Syukur mereka mengerti, mudah-mudahan mereka lebih mandiri dengan tidak adanya saya, walau sebenarnya tak sedikitpun yang saya berikan pada mereka. Let’s go Suaka!!
Hujan masih deras. Nijma dan saya memutuskan agar tetap pergi. Dengan langkah agak cepat kami menghampiri halte bus Damri Cibiru menuju terminal Leuwi panjang. Saya mengenakan sandal dan jeans. Percikan tanah akibat hujan sedikit membasahi dan mengotori celana.
Sandal ini milik ajeng. Pastinya dia kerepotan sandalnya saya pakai ke Bandung beberapa hari yang lalu. Ajeng tidak ada di Tangsel, ia pulang ke garut menemui suaminya, ia baru nikah beberapa hari yang lalu. Mungkin ia akan melepas rindu.
“Mik, didepan wartel UIN aja ya…” tulisnya.
Hari cukup gelap. Hujan turun pelan. Gerimis. Saya berjalan dari rumah menuju kampus. Jaket kulit hitam tak lupa saya pakai. Jaket yang hangat milik kakak saya, tapi lebih sering dikenakan saya. Kaki terus menyusuri jalan Cipadung, menunggu ojek agar lebih cepat menuju kampus, namun sayang ojek terlihat sibuk sama penumpangnya.
Ojek tidak ada yang kosong. saya terpaksa menunggu lebih lama. Tiba-tiba datang teman saya, namanya Ciwok, dia pengusaha printing yang diberi nama print plus. Ciwok menghampiri saya dengan menawarkan tumpangan. Saya senang dapat tumpangan gratis. Lumayan ngirit ongkos. Dan tak jadi naik ojek. Saya akan kembali ke Sukabumi. Mengerjakan beberapa program KKN yang belum terlaksana.
“Rek kahandap?” tanyanya
“ngiring ah?” jawabku sambil naik motornya dan dianter sampai tokonya, print plus.
Nijma tengah menunggu di depan bank BNI Kampus UIN. Baju warna cokelat dikenakannya. Hujan bertambah deras, kami menyudut mencari tempat aman dari air hujan. Ransel besar digendong Nijma, begitu juga saya. Tak terlalu banyak barang yang dibawa, sejenis pakain, flash disk dan sebuah kaset kosong untuk liputan. Namun recorder tak saya bawa, sepertinya Suaka lebih membutuhkan untuk keperluan liputan di kampus.
Sebenarnya sudah seminggu saya berada di Bandung. Ada alasan yang harus diselesaikan dengan urusan perkuliahan di kampus. Meminta ijin dan memberi keterangan pada setiap dosen saya. Pun dengan urusan Suaka, sekedar memberi semangat pada teman-teman dengan kepergian saya ke Sukabumi. Dan yang paling penting, mengambil jatah bantuan dana dari Depag. Lumayan buat nambah jajan di lokasi KKN.
Syukur mereka mengerti, mudah-mudahan mereka lebih mandiri dengan tidak adanya saya, walau sebenarnya tak sedikitpun yang saya berikan pada mereka. Let’s go Suaka!!
Hujan masih deras. Nijma dan saya memutuskan agar tetap pergi. Dengan langkah agak cepat kami menghampiri halte bus Damri Cibiru menuju terminal Leuwi panjang. Saya mengenakan sandal dan jeans. Percikan tanah akibat hujan sedikit membasahi dan mengotori celana.
Sandal ini milik ajeng. Pastinya dia kerepotan sandalnya saya pakai ke Bandung beberapa hari yang lalu. Ajeng tidak ada di Tangsel, ia pulang ke garut menemui suaminya, ia baru nikah beberapa hari yang lalu. Mungkin ia akan melepas rindu.
Mon Jul 08, 2013 7:54 pm by Hana Ismi Radliyatin
» Berbagi Cerita
Thu Jun 30, 2011 6:23 pm by zakii
» Hi apa kabar
Thu Jun 30, 2011 5:49 pm by Lia
» Spesialis PUISI_PUISI
Thu Mar 10, 2011 10:14 am by yuga anugrah
» PUISI-PUISI metafisik
Wed Mar 09, 2011 9:57 pm by yuga anugrah
» Copi bozz morphology
Sun May 02, 2010 7:14 am by zakii
» Tim Teater akan tampil lagi
Sat Apr 03, 2010 8:46 am by zakii
» Relax community BSI
Sat Apr 03, 2010 8:43 am by zakii
» Vini Vidi Vici
Sat Apr 03, 2010 8:36 am by zakii